.

Sajak Putih Chairil Anwar, Romantika

Siapa yang tidak kenal dengan Chairil Anwar? Namanya sudah demikian lekat dengan dunia sastra Indonesia terutama sastra puisi. Karya-karyanya yang sarat dengan kiasan, telah mencuri hati para penikmat sastra. Sajak putih Chairil Anwar adalah salah satu puisi romantis yang mencuri perhatian banyak kalangan.

Sajak putih
Sajak putih Chairil anwar adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar yang sarat akan nilai-nilai romantika. Ketulusan, kejujuran dan keikhlasan seorang pujangga dalam romantika cinta tersirat jelas di sini. Puisi ini menggambarkan ungkapan tulus perasaan penulis kepada kekasih yang sangat dipujanya pada pandangan pertama.
Seperti puisi-puisinya yang lain, dalam sajak putih Chairil Anwar ini penulis memilih bersembunyi di balik metafora dan kiasan-kiasan. Dalam puisi ini, Chairil anwar menggambarkan gelora hati ‘Aku’ terhadap seorang gadis yang mencuri hatinya dengan keindahan sore yang berpelangi. Begitu indah, menyenangkan namun juga mencemaskan karena akan berakhir senja yang sepi dan gelap.
Perasaan cinta dalam sajak putih Chairil Anwar ini juga disembunyikan dalam kiasan indah. Bagaimana Chairil mengilustrasikan keindahan cinta dengan kembang mawar yang diharapkan bertemu dengan ketulusan hati si gadis yang diilustrasikan dengan melati. Sangat indah dan menarik mencari dan menafsirkan teka-teki romantika cinta di balik puisi sajak putih Chairil Anwar ini.

Cinta dan Harapan  
Chairil anwar selalu menyimpan semangat dan optimisme dalam puisinya, termasuk dalam sajak putih ini. Meski di bagian tengah puisi digambarkan bahwa romantika cinta antara ‘Aku’ dan si gadis hanya sebatas kekaguman saat melihat satu sama lain. Tidak ada pembicaraan cinta dan rayuan yang terucap. Tidak ada janji bertemu di berikan, hanya tatapan mata yang menyiratkan kekaguman yang menjadi pegangan. Namun ‘Aku’ tetap optimis bahwa ada masa yang akan mempersatukan mereka dalam kisah cinta yang suci.
Akan ada harapan, demikian ending yang dikiaskan oleh Chairil dalam puisi ini. Hal ini sangat terlihat pada cuplikan kalimat berikut  “Selama matamu bagiku menengadah”.
Begitulah ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar. Selalu melahirkan semangat dan optimisme untuk menggapai harapan. Chairil seakan berpesan pada pembacanya, bahwa selalu ada harapan selama usaha dan doa bersanding dalam langkah kaki kita.
 
by : anne

0 komentar:

Posting Komentar

Ascaliko. Diberdayakan oleh Blogger.

Trasnlate

Followers

my yahoo